Kita seringkali tergantung dengan telepon pintar serta laptop yang
terhubung ke Internet. Perangkat ini menjadi bisa menyediakan jawaban
ketika kita buntu memecahkan soal. Tak heran, kita sering menghadapi
ungkapan,"tanya saja mbah Google."
Penelitian dari Universitas Harvard, Universitas Wisconsin-Madison dan
Columbia menemukan kecenderungan internet telah merasuk manusia sehingga
menjadi memori utama otak. Riset menyebutkan bahwa manusia mencari
informasi menggunakan internet sebagai "memori eksternal", sama seperti
komputer menggunakan hardisk eksternal.
Penelitian ini dipimpin Betsy Sparrow, asisten profesor dari Departemen
Psikologi Universitas Columbia. Penelitian ini bertajuk, "Munculnya
internet dengan algoritma canggih dari mesin pencari membuat akses
informasi semudah mengangkat jari."
Peneliti memberikan sejumlah kuis dan hasilnya responden ternyata lebih
cepat menyerap kata yang berkaitan dengan komputer. Dalam tes lain,
responden lebih menyerap 40 potongan informasi ketimbang satu tema
secara mendalam.
Responden juga lebih mengenali alamat situs yang memberikan informasi
ketimbang materinya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa orang
cenderung tak perlu menyimpan informasi dalam otaknya. Mereka cukup
menyimpan ingatan di mana informasi itu tersimpan.
Peneliti mengatakan bahwa kita mengakses internet hampir 24 jam. Kita
jarang offline kecuali karena pilihan. "Kita tak lagi melakukan upaya
keras menemukan sesuatu. Kita bisa 'Google' teman lama, menemukan
artikel, atau mencari aktor kesayangan. Internet telah menjadi bentuk
utama memori eksternal, di mana informasi disimpan secara kolektif di
luar diri kita."
Penelitian ini menguatkan adanya pengaruh internet dalam mencuci otak.
Sebelumnya, psikolog Nicholas Carr sudah menerbitkan buku The Shallows:
How the Internet is rewiring our brains. Carr menuliskan bagaimana kita
sulit berkonsentrasi dalam waktu lama karena pola internet yang cepat
dan berlimpah informasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar